Penelitian KIR Logos SMAN 1 Malingping di Kasepuhan Cisungsang

Artikel ditulis oleh:
Kelompok Ilmiah Remaja (KIR) SMAN 1 Malingping

Pada Minggu, 23 Februari 2025, ekstrakurikuler Kelompok Ilmiah Remaja (KIR) Logos SMA Negeri 1 Malingping menyambangi wilayah adat Kasepuhan Cisungsang, yakni sebuah komunitas adat yang berlokasi di Kecamatan Cibeber, Kabupaten Lebak, Banten. Perjalanan wisata edukasi ini bertujuan untuk membuka jendela pengetahuan anggota KIR Logos mengenai keunikan dan kekayaan unsur -unsur kebudayaan yang ada di Kasepuhan Cisungsang.

Anggota KIR Logos memulai perjalanan ini dengan serangkaian persiapan, termasuk menyusun daftar pertanyaan wawancara yang akan ditanyakan setibanya di sana. Kedatangan kami diterima oleh Pak Eki, seorang staf pranata adat Kasepuhan Cisungsang, atau dikenal juga dengan istilah Abdi Dalem Kasepuhan Cisungsang. Beliau mempersilakan kami duduk di pelataran “Imah Gede” atau rumah besar, tempat kediaman Abah selaku kepala adat Kasepuhan Cisungsang. Di sana, kami berbincang mengenai banyak hal terkait unsur-unsur kebudayaan di Kasepuhan Cisungsang. Sebenarnya, ada satu hal yang tidak kami ketahui sebelumnya, bahwa ketika memasuki area Kasepuhan, siapapun diharuskan mengenakan ikat di kepala bagi laki-laki, dan ikat kain yang dipakai di bagian bawah (seperti rok) bagi perempuan. Tetapi karena faktor ketidaktahuan, kami tetap diperbolehkan masuk meski tanpa mengenakan ikat dan kain.

Pak Eki memulai pembicaraan dengan memperkenalkan sosok Abah Usep, yakni seorang Kepala Adat di Kasepuhan Cisungsang. Beliau mengemban jabatan tersebut sejak usianya 17 tahun, hingga kini usianya mencapai angka kepala 5. Pak Eki menuturkan bahwa jabatan dan status sebagai Kepala Adat di Kasepuhan Cisungsang tidak dapat diperoleh oleh sembarang orang, melainkan melalui sistem keturunan, dan Abah Usep merupakan generasi ke-4 yang memimpin Kasepuhan Adat Cisungsang hingga saat ini.

Setelah berbincang banyak di Imah Gede, Pak Eki mengajak kami berkeliling melihat area Kasepuhan Cisungsang yang dipenuhi banyak tanaman hijau, membuat wilayah ini terasa asri dan menyejukkan. Di samping Imah Gede, terdapat “Leuit Adat,” yaitu lumbung padi tradisional milik Kasepuhan Cisungsang yang digunakan untuk menyimpan padi hasil panen setelah didoakan dalam rangkaian acara Seren Taun, sebuah upacara adat tahunan yang dilakukan sebagai wujud syukur atas limpahan hasil panen yang diperoleh selama satu tahun. Selain Leuit Adat, terdapat banyak Leuit lainnya yang ada di dalam area Kasepuhan, bahkan hampir seluruh rumah masyarakat Cisungsang juga memiliki Leuit sebagai tempat penyimpanan padi. Oleh sebab itu, keberadaan Leuit di wilayah Cisungsang menjadi simbol ketahanan pangan yang mencerminkan kearifan lokal dalam mengelola hasil panen serta menjaga ketersediaan pangan untuk jangka panjang.

Di samping Leuit Adat, terdapat “Bale Riung”, sebuah aula yang digunakan sebagai tempat berkumpul dalam berbagai momen tertentu, termasuk momen pada saat Abah menjamu tamu dari unsur Pemerintahan atau tempat di mana Abah melakukan musyawarah dengan masyarakat Cisungsang.

Setelah itu, Pak Eki juga menunjukkan dapur umum milik Kasepuhan, yaitu tempat di mana para ibu memasak bersama saat berlangsungnya rangkaian acara Seren Taun. Di dekat dapur umum, terdapat sebuah tempat perapian yang disebut “Babekan”, di mana Abah akan menugaskan satu orang untuk menyalakan api setiap hari di waktu menjelang malam. Pak Eki menuturkan bahwa api dari Babekan berfungsi untuk menghangatkan di malam hari serta menjauhkan datangnya hewan buas.

Sambil berkeliling di area Kasepuhan, Pak Eki menjelaskan bahwa salah satu prinsip yang dipegang oleh masyarakat Cisungsang adalah “Zaman tidak bisa mengikuti kita, kitalah yang harus berkembang mengikuti zaman.” Prinsip ini diwariskan oleh Abah kepada masyarakat sebagai upaya untuk tetap melestarikan tradisi sekaligus bersikap adaptif terhadap perubahan sosial dan perkembangan zaman. Oleh sebab itu, generasi muda Kasepuhan Cisungsang turut berkontribusi aktif dalam upaya memperkenalkan dan melestarikan kebudayaan dengan memanfaatkan media sosial.

1 Comment

Leave a Comment